Teks ucapan Tok Ayah Lah Geting di Slow Machang,Pasir Mas


Berikut adalah teks ucapan ceramah Tok Ayah Lah (pengasas pondok getting) ketika  seisi ceramahnya di Slow Machang Pasir Mas pada 7 mei yang lalu.



Didalam mukaddimah  khutbahnya yang tersebut Tok Ayah membacakan sepotong ayat suci Al Quran dan diselitkan sekeping hadis yang diriwayat oleh imam bukhari dan  Shahih Muslim No.4817….mengenai musyabbihah (yakni orang yang menyerupakan Allah Ta’ala dengan sesuatu) yang mana bermaksud seperti berikut:  Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. membaca firman Allah yang berbunyi: Dialah yang menurunkan Alkitab (Alquran) kepada kamu. Di antara isinya ada ayat-ayat yang muhkamat,(yang nyata) itulah pokok-pokok isi Alquran dan yang lain ayat-ayat mutasyabihat.(yang mempunyai kesamaran) Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat daripadanya untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami. Dan tidak dapat mengambil pelajaran daripadanya melainkan orang-orang yang berakal. Setelah membaca firman tersebut Rasulullah saw. bersabda: Apabila kamu melihat orang-orang yang mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat dari Alquran, maka mereka itulah orang-orang yang telah disebut oleh Allah. Maka waspadalah terhadap mereka. (pada riwayat yang lain) Maka jangan kamu bersekedudukan bersama mereka.

-Berkata Saidina Umar ; Maka jangan kamu bersekedudukan bersamanya seorang pun dari muslimin.
-Berkata Ummu Salamah: Dan sebarang pertanyaan berkenaan ayat mutasyabihat ( seperti kita menyoal bagaimana tangan ALLAH TAALA dan sebagainya) adalah bidaah dhalalah.
-Para sahabat juga berkata: Kami beriman dengan ayat-ayat mutasyabihat seperti mana di wahyukan  tanpa sebarang kaifiat.
-Imam mazhab yang empat juga berkata sepertimana Ummu Salamah.
-Dan berkata oleh imam Subki,imam Nawawi,imam Jauzi,imam Ibn Katsir,imam Dzahabi bahkan imam-imam yang empat dan lain-lain dari ulama ASWAJA : Dan bahawasanya adalah makna yang zahir dan makna harfi dari ayat mutasyabihah tersebut bukanlah tempat hala tuju dan yang dikehendaki.

Adapun Wahabi dan seluruh mazahab-mazhab musyabbihah dan mujassimah daripada masa Saiyidina Ali lagi, mereka beri’tiqad bahawa makna yang zahir itulah tempat yang dikehendaki.
Nyata sekali bercanggah oleh I’tiqad mereka akan Al Quran dan Sunnah.
Pegangan ini juga terpalit sama oleh seorang tokoh politik tersohor di Malaysia .Beliau secara terang mentafsirkan ayat استوي على العرش (waktu aku duduk bersila molek diatas arasyku) tafsir surah yunus hal 23,24,25. Beliau juga menyabitkan bahasa bagi Allah taala( Al Quran bukti Tuhan perendah bahasaNya hingga dapat difahami oleh semua golongan manusia) Harakah 17-19 zulhijjah 1430.

Perginya sebutir mutiara ke hadrat ILAHI

Ditulis Oleh: Munzir Almusawa
Thursday, 13 May 2010
Selamat Jalan Tokoh rujukan para Wali Allah


ImageDengan suasana masih gundah dan berkabung atas Mangkatnnya Al Arif Billah Al Qutb Alhabib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf rahimahullah di Jeddah, maka kamis sore 13 Mei 2010 menyusul pula teman seperguruan beliau, Al Arif Billah Alhabib Ali bin Jakfar Alaydrus rahimahullah.

Beliau sudah dianggap guru rujukan bagi para ulama besar dan para ahli makrifah billah khususnya para habaib terkemuka di dunia, sebagaimana Al Arif Billah Alhabib Hasan bin Abdullah Assyatiri rahimahullah, Al Allamah Al Musnid Alhabib Muhammad bin Alwi Al Malikiy Rahimahullah, juga para Tokoh ulama habaib saat ini seperti Al Allamah Al Musnid Alhabib Umar bin Hafidh, Al Allamah Al Musnid Alhabib Salim bin Abdullah Assyatiri, Al Allamah Almusnid Alhabib Zein bin Ibrahim bin Smeith, dan banyak lagi para tokoh Makrifah billah dan para Musnid Hadits berkunjung silaturahmi pd beliau, tiadalah satu dari mereka kunjung ke Malaysia mestilah bersilaturahmi pada beliau.

Beliau orang yg sangat sederhana, dengan rumah yg sangat kecil, sempit dan tergolong rumah dari rakyat jelata kalangan fuqara, ruang tamunya tak pernah kosong dari ratusan botol air aqua dari para tamu yg meminta air doa dari beliau, beliau sangat santun pada para tamu dari segala kalangan, kalangan kaya, miskin, ulama, awam, dan siapapun, jika mereka kunjung pada jam makan, maka tak mungkin tamunya diizinkan pulang sebelum makan bersama beliau, dan salah satu sifat rendah hati yg sangat mengagumkan pada pribadi beliau adalah selalu meminta doa dari tamunya, tak pernah mau beliau berdoa kecuali tamunya yg berdoa, jika tamunya tak mau berdoa maka tak diizinkan pulang, demikian santun budi pekerti beliau.

Ayah beliau Adalah Al Arif Billah Al Musnid Al Allamah Alhabib Jakfar Alaydrus, seorang yg sangat memanjakan Guru Mulia Al Musnid Alhabib Umar bin Hafidh ketika masih bocah. Dan ayah beliau ini terkenal sekali dan masyhur dikalangan para wali Allah swt, ayah beliau dimakamkan di pekuburan Zanbal, di samping Makam Qutbinnufuus Al imam Abdullah Alaydrus Akbar bin Imam Abdurrahman Assegaf, di kota tarim Hadramaut Yaman.

Al habib Ali bin Jakfar alaydrus ini pernah lama tinggal di Subang Jawa barat, Indonesia dimasa kecilnya,

suatu pengalaman, bahwa saya sering kunjung pada beliau jika kunjung ke Malaysia, beliau sangat memanjakan saya jika pendosa ini datang, beliau selalu tersenyum gembira, lalu saya minta doa beliau maka beliau berdoa, berbeda dengan tamu lain yg selalu beliau menolak untuk berdoa kecuali tamunya yg mesti berdoa, namun permintaan saya tak ditolak oleh beliau, seraya mengangkat tangannya setinggi tingginya hingga keatas kepala, kedua telapak tangannya dipadukan, dan wajah beliau menunduk.., lalu suara rintih keluar dari bibirnya tak bisa saya pastikan apa yg diucap, benar benar gerakan doa yg menggambarkan posisi yg sedang sangat mengemis pd Yang Maha Luhur…, belum pernah saya lihat orang berdoa dg posisi sekhusyu dan seperti ini dalam merendahkan diri pada Allah swt..

Setelah itu saya pamitan, padahal saya tahu kebiasaan beliau yg saya dengar dari semua orang yg mengunjungi beliau, jika waktu makan tak akan diizinkan pergi, saya berkata lembut : “saya pamit wahai habib..”, beliau menunduk dan berkata lembut pula : “tidak makan dulu kah?”, saya menjawab : “saya pamit jika habib ridho”, beliaupun berdiri mengizinkan kepergian kami, lalu terbersit dihati saya : “aku terbebani hutang sangat besar karena masalah perluasan dakwah di Indonesia, mudah mudahan kedatanganku kesini bisa membuat Allah menyelesaikan masalah hutang2ku.., beban beratku ini kutumpahkan pada habib Ali, semoga Allah swt meringankanku”, demikian renungan saya sambil melangkah keluar kediaman beliau..

Saat itu saya tidak sendiri, ada beberapa orang yg bersama kami, mereka kagum dan berkata : “kami sering kunjung kesini, belum pernah habib Ali mau berdoa kecuali saat kamu yg memintanya, belum pernah habib Ali izinkan kami pamitan diwaktu makan kecuali saat kamu yg minta izin pulang..”, dan salah satu diantaranya adalah seorang pengusaha sukses, maka saat kami sudah keluar rumah, beliau memanggil orang itu, dan membisikinya sesuatu, lalu beliau masuk rumah..

Orang tsb mendatangi saya, dan berkata : “Habib Ali berkata pada saya, kamu punya hutang dakwah yg besar dan berat yg harus dibayarkan, saya diperintah habib ali untuk melunasi semua hutangmu”

Saya kaget dan berpaling pd beliau, ternyata beliau sudah masuk rumah menutup pintu.., subhanallah..

Beliau selalu memanjakan saya jika pendosa ini datang, sekali waktu saya datang silaturahmi, kepala ini penuh dengan permasalahan dakwah yg bagai gunung menindih, kesibukan, masalah perluasan, pengaturan dll, maka saya datang dg lemah, duduk dihadapan beliau, maka beliau diam, diam, lalu menggeleng2kan kepala beliau, lalu menangis, dan berkata : Berat… berat.., sambil mengipasi dirinya dg kipas ditangannya dan mengipasi saya pula.., tak lama saya pamit begitu saja, beliau berdoa lagi, belum sampai saya di Jakarta kecuali seluruh masalah dakwah telah selesai.

Pernah suatu kali Al Allamah Almusnid Al Habib Muhammad bin Alwi Al Malikiy rahimahullah kunjung pada beliau, sepanjang jalan Alhabib berbicara tentang rindunya pd Rasulullah saw, maka ketika sampai dikediaman beliau, maka semua tamu tidak diperkenankan masuk, kecuali Al Allamah Alhabib Muhammad Al Malikiy, mereka masuk berdua cukup lama, lalu keluarlah Al Allamah Alhabib Muhammad Al Malikiy rahimahullah dg airmata yg bercucuran.., seraya berkata : hajat saya sudah terkabul… terkabul.. terkabul.., sambil menutup wajah beliau tanpa berkata kata pada siapapun atas apa yg terjadi didalam

Kamis sore dinihari 13 mei Al Arif billah Alhabib Ali bin Jakfar Alaydrus rahimahullah menghembuskan nafas yg terakhir… khususnya seluruh para habaib di Malaysia gempar, dan dunia para habaib sepuh pun gempar terkena kabar duka ini..

Rasul saw bersabda : “Para shalihin wafat satu demi satu, tersisalah sisa sisa sampah tak berarti dimata Allah, dan Allah swt tak perduli lagi dg keadaan mereka” (Shahih Bukhari).

Maksud hadits ini adalah keberadaan para shalihin menguntungkan bumi, mereka terus berdoa untuk keselamatan ummat, pengampunan untuk para pendosa, terus beribadah pada Allah swt hingga Allah swt banyak menyingkirkan musibah sebab doa dan rintihan mereka, maka jika mereka tiada, Allah swt tak lagi melihat sisa penduduk dunia karena mereka tak perduli dg Allah swt, maka Allah swt tak perduli lagi musibah musibah yg akan diturunkan pada mereka, entah musibah atau kenikmatan, entah cobaan atau kekacauan..

Rabbiy,, bangkitkan para pengganti dari para shalihin kami yg terus wafat dan wafat, munculkan kembali generasi para shalihin yg menjadi paku penahan musibah bagi ummat, muliakan Guru tercinta yg mulia ini dipangkuan Kelembutan dan Keridhoan Mu, dan sertakan kami dalam pembagian waris dari keluhuran beliau disisi Mu, amiin..

Terakhir Diperbaharui ( Thursday, 13 May 2010 )

Politik taksub Pas


MENYENTUH soal politik dan agama yang tidak dapat dipisahkan sememangnya benar wujud di zaman Rasulullah, itu pun politik yang bermaksud Daulah Islamiah atau "kerajaan Islam" kerana masjid dan institusi ibadat hanya dijadikan tempat untuk merujuk mengenai perkara berbangkit dalam soal akidah, fikah, tauhid , tauhid ubudiah dan lain-lain lagi sebagai mana jelas di dalam hadis yang Shahih al-Bukhari dan Muslim dan lain-lain lagi.

Apabila Jibrail bertanya kepada Rasulullah, apakah iman, Islam dan ihsan, lalu baginda menjawab (setelah Jibrail berlalu, ) kepada Saidina Umar " itulah Jibrail, dia mengajar kamu, agama kamu".

Bertitik tolak dengan sabda nabi itu, difahami di sini bahawasanya itulah hakikat agama yang tidak ada percanggahan dan perdebatan dan itulah yang diamalkan dari zaman sahabat hingga kini.

Ada pun politik kepartian seperti yang maklum pada hari ini tidak ada hubung kait dengan agama sedikit pun, kalimah siasah yang diterjemahkan dengan politik adalah tidak tepat dan amat kabur, apatah lagi kalimah siasah tidak wujud di zaman nabi dan hanya wujud ketika zaman khalifah-khalifah Islam sahaja.

Dalam Islam, hakikat politik ialah melaksanakan hukum Islam dan kebiasaannya adalah pekerjaan kadi-kadi atau pemerintah Islam atau Amirul Mukminin, bukan pekerjaan rakyat jelata

Inilah yang perlu difahami oleh Mursyidul Am Pas, Datuk Nik Abdul Aziz Nik Mat dan penyokong parti itu. Menyentuh isu mengenai larangan berpolitik dalam masjid yang dititahkan oleh Sultan Selangor, Sultan Sharafuddin Idris Shah, pada pandangan saya apa yang dititahkan oleh sultan itu benar dan tidak lari daripada kehendak agama.

Ini kerana pada pandangan baginda larangan berpolitik di dalam masjid ini tentunya terarah kepada Pas dan Pakatan Pembangkang yang cuba mengambil kesempatan dengan menjadikan masjid sebagai tempat untuk memecah belahkan umat manusia.

Apatah lagi politik yang dibawa oleh Pakatan Pembangkang amat bercelaru dan bertentangan dengan Islam serta bercanggah dengan pandangan pimpinan Pas suatu ketika dulu.

Saya malu dan berdukacita sekiranya orang Pas menyokong apa yang ditegaskan oleh Nik Aziz berhubung politik dan agama tidak dapat dipisahkan.

Saya maklumkan di sini, politik yang dibawa oleh Pas masa kini dengan menjadikan Parti Keadilan Rakyat (PKR) dan DAP sebagai rakan jauh tersasar dengan kehendak Islam sebenar.

Suatu perbezaan yang amat besar politik di zaman Rasulullah, dengan politik kepartian yang ada pada hari ini adalah politik kepartian yang ada pada hari ini adalah peninggalan penjajah yang di dalamnya mempunyai seribu satu unsur yang bertentangan dengan Islam, seperti fitnah memfitnah, tuduh menuduh, membuka aib sesama sendiri dan jatuh menjatuh.

Matlamat

Ini kerana matlamat dalam Pakatan Pembangkang adalah untuk mengangkat Lim Kit Siang sebagai ketua negara.

Ini boleh dirujuk petikan kata-kata Nik Aziz dalam Utusan Malaysia pada 6 November 1999 yang menyebut "Pas boleh terima pemimpin DAP menjadi Perdana Menteri, tidak ada apa, asalkan dia terima syarat yang ditetapkan oleh Barisan Alternatif".

Pada pandangan saya, tokoh yang disanjung dan cuba diangkat oleh Pas dan Nik Aziz ini merupakan orang yang fasik dan kafir yang cuba membawa kemusnahan kepada negara Malaysia

Jika ini berlaku ia amat bertentangan dengan fatwa Dewan Ulama Pas Kelantan pada Ogos 1963, orang Islam yang berkongsi dengan orang-orang kafir memerintah negara menjadi kafir atau haram. Fatwa tersebut menjadi pegangan orang Pas suatu ketika dulu, namun adakah kini fatwa ini tidak lagi dijadikan pegangan ahli dan pemimpin Pas.

Sekiranya ahli Pas menggambarkan bahawa politik dan agama yang cuba dibawa oleh Nik Aziz adalah politik semasa zaman Rasullullah, maka sudah tentu mereka tertipu dan terpedaya dengan kata-kata dan hujah Nik Aziz.

Perlu dibezakan di sini bahawa cara berpolitik di zaman nabi adalah jauh berbeza umpama langit dan bumi jika dibandingkan cara berpolitik zaman sekarang. Seperti yang saya katakan tadi, cara berpolitik zaman Rasullullah adalah politik mengajak manusia ke arah ketakwaan kepada Allah dan bukannya mengajak manusia menyokong si A dan membenci si B atau menuduh orang itu tidak betul dan saya yang betul atau sebagainya, kemudiannya segala hujah agama yang dikeluarkan oleh parti politik ini kebanyakannya cenderung untuk kepentingan politik masing-masing.

Saya tanya di sini sepanjang Nik Aziz menggunakan masjid di Kelantan untuk menyampaikan tazkirahnya sudah berapa ramai umat manusia benar-benar bertakwa dan mencari keredaan Allah atau hanya mencari keredaan politik masing-masing.

Politik yang dikatakan tidak dapat dipisahkan dengan agama mengikut fahaman Nik Aziz adalah sebagai menghalalkan perbuatan fasiknya dengan menjadikan DAP sebagai rakan seangkatannya .

Justeru itu, sekiranya Nik Aziz menghamburkan kata-kata 'celako' (celaka) kepada tok guru seperti saya maka saya tersenyum dan merasa kasihan melihat kebatilan yang dibawa oleh Nik Aziz.

Sebagai seorang yang layak mengajar dan ditauliahkan oleh baginda sultan dan Majlis Agama Islam Kelantan dan bukannya tauliah halaqat kerajaan Pas, saya tegaskan di sini bahawa Nik Aziz telah membawa kebatilan dengan menipu umat Islam Pas dengan dakwaan bahawa agama dan politik tidak dapat dipisahkan.

Ini kerana politik Nik Aziz dan Pas masa kini jauh tersasar dari landasan Islam dan kehendak Nabi Muhammad SAW.

Berbalik pula pada kata-kata Timbalan Pesuruhjaya III Pas Kelantan, Datuk Mohd. Amar Nik Abdullah yang menghina saya dengan menyamakan dengan unta, sewaktu memberi ceramah di Kampung Belukar, Kubang Batang, Tumpat pada 1 Mei lalu.

Saya tidak ingin menjawab panjang cercaan sebaliknya ingin saya katakan bahawa unta di padang pasir itu tidak pandai baca kitab, tidak pandai mengajar bahkan tidak pernah belajar, itulah bezanya saya dengan unta di tanah Arab.

Kesimpulannya perlu umum mengetahui terutama ahli Pas bahawa politik dan agama yang Nik Aziz katakan tidak boleh dipisahkan itu sebenarnya boleh dipisahkan kerana Pas mengamalkan politik kepartian yang mengapi-apikan unsur asabiah dan taksub kepada pemimpin dan parti mereka itu.

Ini amat bertentangan dengan Islam yang mana dalam Islam, tiada taksub kepada pemimpin dan di dalam Islam garis panduan utamanya ialah al-Quran dan hadis serta mana-mana pandangan yang bertentangan dengannya adalah terbatal dengan sendirinya.


OLEH HAJI ABDULLAH SA'AMAH

Pengasas Pondok An Najmiah

MINGGUAN MALAYSIA

Politik di masjid: Pengasas Pondok Geting ulas

KOTA BHARU 7 Mei - Larangan yang dikeluarkan
oleh Sultan Selangor, Sultan Sharafuddin Idris Shah supaya masjid di seluruh negeri tersebut tidak digunakan untuk tujuan politik adalah selaras dengan kehendak agama Islam.
Pengasas Pondok Geting, Abdullah Sa'amah (gambar) berkata, politik kepartian seperti yang diamalkan ketika ini, tidak ada sedikit pun hubung kait dengan agama malah kalimah siasah yang diterjemahkan dengan politik adalah tidak tepat dan amat kabur.
Beliau berkata, politik di zaman Rasulullah SAW dengan politik kepartian adalah amat berbeza kerana apa yang ada hari ini ialah peninggalan penjajah yang di dalamnya mempunyai seribu satu unsur bertentangan dengan Islam.
"Ini seperti fitnah-memfitnah, tuduh-menuduh, membuka aib dan jatuh-menjatuhkan sesama sendiri telah mencetuskan ketidakharmonian dalam masyarakat Islam sendiri.
"Pada pandangan saya apa yang dititahkan itu benar, tidak lari dari kehendak agama dan saya percaya larangan berpolitik di dalam masjid ini lebih terarah kepada Pas dan pakatan pembangkang yang cuba mengambil kesempatan dengan menjadikan masjid untuk mendapat pengaruh dan kuasa," katanya.
Akhbar melaporkan Jabatan Agama Islam Selangor (JAIS) akan bertegas melaksanakan titah Sultan Sharafuddin Idris Shah yang melarang program politik dianjurkan di masjid-masjid seluruh negeri ini.
Keputusan itu diambil hasil mesyuarat Majlis Agama Islam Selangor (MAIS) semalam yang turut menyokong penuh titah baginda.
Baru-baru ini Menteri Besar Kelantan, Datuk Nik Abdul Aziz Nik Mat dalam ceramahnya di Tumpat menyifatkan individu yang enggan membenarkan masjid digunakan untuk berpolitik sebagai 'bodoh'.
Laporan media menyebut Nik Abdul Aziz yang mempertahankan kenyataannya bahawa masjid boleh digunakan untuk tujuan berpolitik berkata: "Baso bodo payoh nak ajar (jenis bodoh susah hendak diajar), inilah sikap orang yang amal politik suku agama suku."
Khamis lalu, Sultan Selangor menjelaskan bahawa tujuan baginda melarang masjid digunakan sebagai pentas politik adalah untuk menjaga kesucian dan keharmonian tempat ibadah itu.
Abdullah yang semakin menjadi sasaran kecaman pimpinan Pas berkata, politik yang dibawa oleh pakatan pembangkang amat bercelaru dan bertentangan dengan Islam serta bercanggah dengan pandangan pimpinan Pas suatu ketika dulu.
"Banyak yang bercanggah sebagai contoh rujuk balik fatwa Dewan Ulama Pas Kelantan pada Ogos 1963, orang Islam yang berkongsi dengan orang- orang kafir memerintah negara menjadi kafir atau haram," katanya.
Abdullah berkata, ahli Pas akan tertipu sekiranya mempercayai hujah Nik Abdul Aziz bahawa politik dan agama yang dibawanya sama dengan keadaan politik pada zaman Nabi Muhammad SAW.
Tambahnya, Menteri Besar Kelantan itu hanya mahu menghalalkan perbuatan yang menjadikan DAP sebagai rakan seangkatan apabila menyatakan politik dan agama tidak dapat dipisahkan.